Thursday, February 27, 2020

Cari Passion, Yuk!

February 27, 2020 8
Foto: Canva

Ini nih salah satu yang harus dibiasain sama pasangan suami istri, yaitu ngobrol. Sebab apa ngobrol itu penting? Karena ngobrol itu salah satu tiang keluarga, nggak maksa, kan? Heuheu

Topik ngobrol bisa apa aja, nggak usah dicari. Ini mah pasti ketemu. Seperti pagi ini. Sang istri yang sudah selesai menyiapkan sarapan, datang menghampiri sang suami yang baru saja selesai berolah raga jalan pagi keliling komplek.

Terlihat sang suami sedang duduk santai menonton tv di ruang depan. Sambil meletakkan cangkir kopi dan biskuit di atas meja. Dimulailah obrolan pagi yang dipancing dengan salah satu berita di tv. Dengan maksud agar tujuan yang sudah diincarnya dapat terlaksana.

I: "Tuh, Pah. Kayak gitu."
Sang istri menunjuk tayangan tv dengan memajukan dagunya.

Sebuah tayangan berita tentang hobi yang akhirnya bisa mendatangkan penghasilan. Yaitu, membudi dayakan ikan koi di daerah Sumedang, Jawa Barat.

I: "Keren, kan? Berawal dari modal lima puluh rebu doangan itu, Pah. Liat, tuh!"

Sang suami pun fokus melihat Kepala Desa yang sedang diwawancara oleh reporter tv, tentang warganya yang menjadi inisiator budi daya ikan koi dengan motif unik tersebut.

I: "Selain bawa manfaat, tuh bapak juga bawa manfaat buat warga kampungnya. Jadi, banyak yang ngikutin. Kan, jadi bagi ilmu dan rezeki juga, tuh bapak. Berkah dah buat semua."

Fokusnya sang suami pada berita di tv tersebut. Membuat sang istri melanjutkan bicara. Pastinya apa yang diomongin sang istri, dicerna oleh sang suami, dong.

I: "Gimana, Pah? Udah ketemu passion kamu belum? "

Sang suami cuma menggelengkan kepala. Padahal obrolan tentang passion ini bukan topik baru. Passion ini ada hubungannya dengan keinginan sang suami untuk mengisi kegiatannya di hari saat pensiun tiba. Sukur-sukur kalau passionnya tersebut bisa menghasilkan. Sang istri sangat berharap obrolan kali ini bisa berhasil membuat sang suami mau mengikuti tes yang sudah beberapa kali ia tawarkan.

I: "Mau coba tes bakatnya sekarang, yah? Kan ntar dari hasil tes itu, kamu bakal tau punya bakat apa yang bisa didalemin. Cari passion kan butuh waktu yang nggak sebentar."

S: "Iyah, ntar."

Jawaban yang sama setiap ngobrolin passion. Asli, sang istri sebetulnya kesal. Heran, kenapa sih susah banget isi questioner? Cuma menyisihkan waktu sebentar doang, tapi hasilnya bakal mengubah masa depan. Ya, balik lagi sih, yang namanya peduli kan harus sabar. Kalau sekarang belum berhasil membujuk sang suami mencari passion. Nanti dicari waktu lagi yang tepat untuk mengajaknya mengikuti tes temu bakat ini.

#ODOP
#komunitasodop
#SquadBloggeODOP
#mingguke-6








Sunday, February 23, 2020

Jadi, Kita Mau "Ngapain" di Masa Depan?

February 23, 2020 10
Foto: Pixabay

S: "Tahu nggak, Mah?"

I: "Nggak. "

S: "Yeee, kan belom kelar ngomongnya."

I: "Lah! Atuh make jeda ngomongnya. Kudunya langsung aja ngomongnya. Dipakein jeda mah, bikin orang langsung nimpalin omongan."

S: "Ya, udah, dah. Nggak jadi diterusin ngomongnya."

I: "Dih, gitu! Purik kayak gua. Inget Pah, yang pantes purik mah cewek bukan cowok. Ya, udah dah, ngomong, dah. Gua sekarang ngedegerin, nih. Kagak pake motong-motong lagi."

Sang istri mengambil posisi duduk bersandar santai di kursi. Kaki lurus selonjor. Wajahnya dipasang seserius mungkin. Telinga siap mendengar. Satu yang penting, mulut dikunci rapat.

S: "Mulai nih, ya, sekarang."

Suami langsung "ngeh" kalau omongannya ada jeda ketika melihat wajah sang istri terlihat sedikit protes. Langsung deh, sang suami melanjutkan bicara.

S: "Tahu nggak, Mah? Rumahnya Rudi laku terjual 1,4M. Trus, mereka sekeluarga pindah ke daerah perkampungan yang ada di Pondok Gede. Dapet tanahnya luas. Rumahnya juga lumayan gede."

Ini pastinya kalimat sudah titik dong. Jadi sudah boleh memberi tanggapan sebuah obrolan, kan?

I: "Emangnya di daerah Pondok Gede masih ada perkampungan? Bukannya daerah sana udah banyak dijadiin perumahan?"

S: "Tahu tuh, Rudi. Dapet aja dia tanah lega yang daerah sekitarnya kayak kampung gitu. Kan, daerah kita juga masih banyak, Mah. Emang sih masuknya jadi kabupaten."

I: "Kita pindah ke perkampungan juga yuk, Pah! Kita jual rumah yang kita tempatin ini. Trus, kita cari yang tanahnya luas di daerah Setu, Tambun atau Cibitung sana. Bangunan rumahnya nggak usah gede-gede. Seratus meter persegi aja. Sisa tanah yang di samping kiri, kanan, depan, belakang rumah dikosongin. Ntar gua mau nanem kembang-kembangan di depan. Sebelah kiri rumah, ditanemin pohon-pohon apotik hidup, sebelah kanan ditanemin pohon bumbu dapur. Tanah kosong di belakang rumah, ditanemin pohon buah, dah. Trus, kita pakenya pager bambu yang bakal ditanemin pohon ngerambat. Pare, timun, kacang panjang. Ah, kira-kira kayak rumah Upin dan Ipin, dah."

Mata sang istri terlihat berbinar dan gembira ketika membicarakan rencana masa depan atau tepatnya menyambut hari tua. Tidak lama setelah mengawang beberapa saat. Sang istri melanjutkan bicara.

I: "Tapi, ntar kalau kita pindah ke pelosok, jauh dari mall dong."

S: "Kan, kita emang udah jarang ke mall juga. Lagian jangan lebay deh, Mah. Masih ada kendaraan juga, kan. Jadi masih bisa main ke mall."

I: "Iya, sih. Trus, lo mau ngapain, Pah?"

Akhirnya dapat juga gilirannya mengutarakan mimpi untuk menyambut masa pensiun nanti. Setelah mendengarkan rencana dan mimpi sang istri untuk hari tuanya.

S: "Gua mau bikin gazebo di depan rumah biar bisa ngadem sambil nungguin warung dan lo yang lagi ngurus taneman. "

I: "Trus."

S: "Trus apanya? Ya, udah. Kepinginnya gua begitu doang. Nggak usah banyak-banyak kayak lo."

WHAT? Cita-cita dan mimpi macam apa itu? Pendek banget.

Sang istri cuma bisa diam dan melangkahkan kaki meninggalkan sang suami di ruang depan. Bete!

#komunitasodop
#ODOPsquadblogger
#mingguke5



Sunday, February 16, 2020

Don't Worry, Beib!

February 16, 2020 6
Foto: Pixabay

Di suatu malam ketika sang istri ditinggal di rumah seorang diri. Yaitu ketika sang suami sedang melakukan perjalanan dinas dan sang anak yang sudah kembali ke kos-an untuk menuntut ilmu.

Memang sih cuma satu malam. Tapi, yang kurang disukai sang istri adalah kekhawatiran suami. Sebelum pergi obrolan mereka seperti ini:

S: "Seriusan kamu berani tidur di rumah sendiri?"

I: "Seriuslah, kan waktu Raker (rapat kerja) tahun lalu juga ditinggal sendiri. Malahan waktu itu tiga malam. Lah, sekarang cuma semalem. Masa kagak berani."

***

Stt, asal sang suami tahu ya. Sang istri sebetulnya nggak bisa tidur pules kalau tidur sendiri. Itu bantal dan guling dijadiiin benteng di kiri dan kanannya. Posisi tidur pun bukan searah tempat tidur (vertikal) tapi dia tidur dengan posisi horisontal alias ke arah lebarnya tempat tidur. Demi apa coba dia begitu? Demi kalau dia mengubah posisi tidurnya. Mau miring ke kiri dan ke kanan, dia bakal merasa ada orang di sebelahnya.

Terus ya, kalau dia tahu, sang istri ini tidurnya bakal larut malam. Mencoba membunuh waktu dengan menonton film di tv. Padahal mata udah ngantuk banget.

Sampai akhirnya dia pun takluk deh sama malam, masuk ke kamar. Di dalam kamar pun sang istri masih mencoba melawan mata yang pingin banget dimeremin. Di tontonlah youtube tutorial crafting lewat gawainya. Judulnya bagaimana bertahan melek selama mungkin.

Lewat tengah malam mata sang istri benar-benar udah nggak bisa ngelawan ngantuk. Akhirnya mencoba untuk tidur sambil ditemani suara murotal dari gawai. Biar merasa tenang gitu.

Nggak tahu aja sang suami kalau tidurnya sang istri kayak tidur ayam. Sebentar-sebentar bangun, terus lihat ke jendela. Ya, barangkali aja ada apa gitu yang nampak. Efek nonton film horor waktu kecil di TVRI nggak pernah hilang. Itu lho, film yang dibintangi Suzana. Ketauan jadulnya banget tuh si istri yak? 😀

***

S: "Ya, udah kalau gitu."
Wajah sang suami terlihat lega dengan jawaban sang istri. Kemudian dia menatap dalam ke matanya. Mereka saling tatap penuh arti gitu. Pokoknya saling tatap itu adalah bahasa paling tinggi. Nggak ada kata-kata tapi sarat makna #lebaydikit

I: "Semangat! "
Sang istri pun mencium tangan sang suami dengan memasang wajah riang.  Dilambaikan tangannya sampai kendaraan yang dinaiki sang suami hilang ditikungan.

#komunitasodop
#squadbloogerodop







Wednesday, February 5, 2020

Butuh atau Cuma "Pingin"?

February 05, 2020 16
                        Foto: Pixabay

"Kan, motornya masih bagus. Masih enak dipake pula. Kenapa harus diganti? " ucap sang istri pada sang suami.

"Ya, kan cari yang lebih nyaman. Biar kakinya nggak pegel," jawab sang suami beralasan.

"Ya, ampun, Pah. Fungsinya kan sama aja. Sama-sama bisa anter kamu sampai kantor. Kalau nggak ganti, nggak ngaruh juga, kan? Inget, Pah! Ini tuh cuma kepinginan kamu aja. Bukan kebutuhan. Kamu ngiri sama Nita yang baru ganti motor, kan?"

Sang istri menatap sang suami yang sedang konsentrasi melihat layar gawainya. Percuma saja ternyata ia berkata-kata panjang kali lebar sama dengan luas itu.

"Kalau warna biru ini bagus, gak? "

Kan... , ditanya apa, dijawab apa alias nggak nyambung. Akhirnya demi kelancaran obrolan. Lebih baik mengikuti arus aja. Demi apa coba? Demi maksud dan tujuan sang istri tercapai pastinya

"Emang tabungannya ada berapa? Bakal ada sisa berapa setelah diambil buat beli motor?" Tanya sang istri sambil melihat cuek pada gambar yang ditunjukkan suaminya dari layar gawai. 

"Ada... lah. Pokoknya masih ada sisa tapi nggak banyak," jawab sang suami yang sudah menarik gawainya kembali dari pandangan sang istri. Ia pun mulai asik kembali melihat-lihat gambar motor. Mencari-cari tipe lain.

"Tahu, nggak? Dana ditabungan itu harus ada dua belas kali biaya hidup per bulan. Kita itu harus punya dana cadangan untuk kebutuhan dadakan."

"Lah, kalau butuh dana, tinggal jual lagi motornya," jawab sang suami santai dengan tatapan tak lepas dari gawai.

Napas sang istri mulai memburu. Rahangnya pun terlihat mengeras. Tapi situasi itu tidak lama. Ia memutuskan untuk menetralkan keadaan tubuhnya dengan menarik napas dalam-dalam.

"Pah, yang namanya kebutuhan dadakan itu harus cash. Masa kita lagi butuh cepet, harus jual barang dulu. Nggak mau juga kan, kita berutang?" Jelas sang istri kalem dan pelan. Maksudnya sih agar sang suami mengerti dan menerima penjelasannya lagi.

***

Obrolan di atas pun masih koma. Ada kemungkinan akan terbuka kembali. Tidak tahu apakah diakhir bulan nanti, sang istri masih bisa menahan keinginan suaminya atau tidak. Keadaan ini seperti bom waktu.

Sekadar informasi, bahwa sebetulnya, obrolan dengan topik yang sama ini sudah ada sejak akhir tahun 2019 lalu. Sang suami meminta kepada sang istri untuk mengabulkan permintaannya. Agar ia dapat mengganti motor lamanya dengan yang baru.  Dan sudah dua bulan, sang istri dapat menahan keinginannya itu.

Semoga aja titik temunya cepet didapet. Aamiiin. #semogagakjadigantimotor

#komunitasodop
#squadbloggerODOP
#mingguke-3