Monday, March 30, 2020

Karena Corona

March 30, 2020 2


Foto: tubankao.go.id

I: "Jadinya kantor ngeliburin karyawan berapa hari?"

Setelah beberapa saat nggak ada jawaban.

I: "Ngikutin imbauan gubernur kali, yak?"

Masih nggak ada jawaban. Masih santuy istrinya meski dua pertanyaan nggak dijawab.

I: "Kira-kira gaji dapetnya on time, nggak?"

Mulai ada reaksi mendengar pertanyaan ketiga. Sang suami yang sedari tadi melihat tv mulai mengubah posisi rebahannya.

Kepalanya menoleh kearah sang istri.

S: "Mamah tahu kan, kalau tempat aku kerja adalah sebuah lembaga bahasa. Kita dapet setoran dari cabang. Nah, dalam situasi begini ada kemungkinan gaji telat. Nggak tau pastinya kapan. Kan, cabang-cabang nggak ada kegiatan mengajar. Malahan masa "stay at home" nya diperpanjang. THR juga kurang tahu. Gimana dong nih jadinya kita?"

Kali ini sang istri yang terdiam. Tidak itu saja. Suami yang melihat sang istri terdiam. Kini ikut terdiam juga. Hanya suara tv dengan acara talk show tanpa penonton.

Akhirnya sang istri menanggapi apa yang dikatakan oleh sang suami.

I: "Hmm, gitu ya? Ya, udah. Nanti kita pake uang tabungan aja. Insha Allah cukup sampai bencana wabah ini  berakhir. Semoga wabah ini cepet selesai. Biar semua normal lagi. Biar kantor dan cabang kegiatannya balik lagi keasal. Aamiiin.

#ODOP
#komunitasodop
#squadbloggerodop

Thursday, March 19, 2020

Pagi Rusuh Gara-Gara Makhluk Berbulu

March 19, 2020 0


Foto: pixabay


S: "Lucu tahu, Mah. Tadi jalan pagi lewat rumahnya. Ada yang kuning, putih. Trus Kakak bilang, rak sepatu di bawah jendela samping depan rumah bisa buat naro kandangnya."

I: "Biaya hidupnya mahal, Pah."

S: "Kan, udah nggak pelihara burung lagi."

I: "Tapi biaya hidup kali ini lebih mahal daripada burung. Vaksin, pasir, makanan, kandang. Nggak tahu kalau ada biaya yang lainnya lagi."

S: "Ntar vaksinnya nebeng Dwiyan."

I: "Lah, dia juga ngemodal, Pah. Masa kita minta gratisan."

S: "Ya, nggak gratisan juga, sih. Diskon... lah."

I: "Kenapa nggak kasih makan yang liar aja sih, kalau buat sedekah? Nggak repot pelihara kayak di rumah. Makanannya juga gampang, di tukang sayur tiap hari bawa. Daripada buat pelihara kucing, mending buat belanja."

S: "Lah, kok jadi kesana-sana ngomongnya?"

Mulai pakai intonasi tinggi nih obrolan paginya. Ngegas pula.

I: "Iyalah, bela-belain pelihara kucing. Mending buat jajan sendiri."

S: "Pelihara hewan itu buat release stress, Mah. Relaksasi. Jadi di rumah ada yang lucu-lucu gitu."

I: "Maksudnya mamah udah nggak lucu lagi? Gitu?"

S: "Wah...  wah... , makin ngaco aja nih obrolan kita."

I: "Kalau emang mau pelihara kucing. Apa yang dikeluarin buat kucing, mamah juga mau dikasih sama dengan si pengeluaran kucing nanti."

S: "Hadeh, udah-dah, ggak jadi adopsi kucing sebelah. Ribet!"

Suami dan istri tersebut kemudian terdiam sambil memandangi tv yang menyiarkan berita covid-19. Tapi yakinlah, sebenarnya mereka berdua sedang membatin tentang obrolan kucing ini.

Tidak lama, sang suami meninggalkan sang istri untuk bersiap kerja. Imbauan bekerja dari rumah oleh pemerintah untuk mencegah virus corona ini belum berlaku di kantor suami. Padahal kantornya di Jakarta Timur.

Semoga suami dan semua warga yang tetap harus bekerja di luar rumah dan di tengah pandemik covid-19 ini tetap sehat dan dalam lindungan Allah SWT. Aamiiin.

Badai pasti berlalu. Semangat!

#ODOP
#komumitasodop
#squadbloggerodop
#mingguke-9


Sunday, March 15, 2020

Bungkuuus!

March 15, 2020 1

Foto: pixabay


Di sebuah restoran ala-ala jepang. Sang suami mengajak istri dan anaknya makan disana.

S: "Mau pilih yang mana, Mah?"

Sang istri melihat gambar menu yang terpasang di belakang sebelah atas kasir. Sedangkan sang suami dan anaknya sudah selesai memilih menu.

A: "Dih, biasa banget dah kalo milih mikirnya lama."

S: "Udah sih, Mah. Pilih aja yang mana aja. Nggak usah diliat harganya."

I: Ya ampun, nih anak sama bapak berisik banget. Lagian nggak ada antrian pula. Suka-suka lah mau pilih yang mana. (dalam hati sang istri) 

Sang istri menimbang-nimbang antara pilihan paket C dan D. Harga sama tapi beda dibumbu dan tambahan satu lauk pada paket D. Setelah penuh pertimbangan akhirnya pilihan jatuh pada paket C. Tanpa tambahan lauk tapi menu utamanya udang. Tahu kan harga udang dan lada hitam?

I: "Kok, kamu tambah satu paket lagi, Pah? Apa nggak kebanyakkan?"

S: "Nggaklah, nanti ini buat kita bertiga."

Setelah sang suami menyelesaikan pembayaran di kasir.  Kami berjalan menuju meja kosong tidak jauh dari wastafel bagian dalam restoran. Sengaja kami memilih tempat duduk agak menjorok ke dalam agar tidak dilalui banyak orang.

A: "Nih, Mah. Harusnya di rumah bikin salad kayak gini. Ntar kakak jadi doyan makan sayuran dah."

M: "Lah, kan mayonaise udah ada. Bikin aja sendiri. Lagian kan gampang cuma diiris tipis gini."

A: "Nggak, ah."

I: "Bilang aja males."

Sang anak cuma nyengir sambil melahap salad sayur dengan sumpit.

I: "Tahu nggak, Pah? Nih, menu-menu yang kita makan sekarang. Bisa buat belanja seminggu."

S: "Yeilleh si Mamah. Udah sih dinikmatin aja. Makan gratis dan nggak ganggu jatah bulanan ini."

Ayam rolade dilahap utuh tanpa dipotong lagi oleh sang suami. Mungkin sedikit bete dengan sang istri. Bingung harus bersikap bagaimana. Diajak ganti suasana selain di rumah, susah banget. Ada aja yang kurang.

S: "Nggak dimakan ayam tepung filletnya, Mah? "

Sang suami menunjuk irisan ayam fillet menu tambahan tadi. Tersisa satu iris fillet yang memang itu adalah jatah sang istri.

I: "Ini aja belom abis. Kenyang."

Satu potong ayam rolade milik sang istri masih utuh di atas piring.

A: "Buat aku ya, Mah?"

I: "Lah, itu udang masih ada satu. Abisin dululah yang itu. Emang belom kenyang makan udah segitu banyak?"

Sang anak cuma nyegir sambil menggigit udang goreng tepung.

S: "Please deh, Mah. Jangan malu-maluin. Sini dah dimakan papah aja kalau emang mamah udah kenyang."

I: "Dih, apa-apaan itu. Kan ini jatah mamah. Lumayan buat lauk makan sore ntar di rumah."

Dibukanya lembaran tisu. Ditaruhnya sisa rolade dan ayam fillet tepung di atas tisu. Kemudian ditutup kembali dengan tisu yang lain. Lalu dimasukkan ke dalam tas tenteng.

Sang suami dan sang anak cuma bisa pasrah melihat kelakuan sang istri tercinta. Untung siang itu restoran sepi. Mungkin karena hari kerja juga kali ya.

Dengam wajah semringah, sang istri melangkah gembira keluar dari restoran. Ia bersyukur bisa mengurangi pengeluaran jatah makan sore nanti.

#ODOP
#komunitasodop
#minggu8
#squadbloggerodop


Sunday, March 8, 2020

Jangan Karena Tua, Dong...

March 08, 2020 6

Foto: pixabay


Sudah lebih dari dua tahun menyandang status Ibu Rumah Tangga, tanpa ART pula, dan tanpa bantuan mesin cuci juga. Usia pun sudah melampaui tahun kemerdekaan RI. Tapi dengan semangat hemat demi mencapai sejumlah tabungan dengan target untuk membeli kebon. Tawaran sang suami untuk membelikan mesin cuci ditolak halus. Malahan sang istri meminta jatah mentahnya aja. Jelas sang suami nggak mau dong. Sang suami tahu persis sifat hemat istrinya. Bisa-bisa tuh mentahannya disimpan di bank.

Beberapa bulan kemudian, sang suami nggak tega melihat istrinya kelelahan karena mencuci. Terlebih bila sang istri pada hari itu mencuci seprai. Dapat dipastikan, malamnya ia bakal tidur cepat sambil mengeluarkan suara nggak enak. Rugi semuanya #ngerti kan maksud terselubungnya? Heuheu

Akhirnya ditawarilah lagi usul sang suami untuk membeli mesin cuci pada sang istri. Dengan berat hati pula, diterimalah juga tawaran sang istri untuk memberi "mentahan". Alhasil, hampir setengah tahun "mentahan"nya tersebut nggak jadi barang. Setiap ditanya "mentahannya", sang istri akan menjawab, "Sekarang masih sanggup, kok mencuci dengan sikat." Alasan pertama.

"Takut amat sih, duitnya bakal kepake. Nih, aman di dalam dompet. " Sambil memerlihatkan isi dompet kas. Alasan kedua.

"Yaa, duitnya udah masuk tabungan di bank." Alasan ketiga tepok jidat dah.

Meski sang suami bete dengan sifat sang istri. Tetap ia adalah belahan jiwa yang nggak tega kalau lihat sang istri sakit pinggang setelah mencuci. Soalnya kamar akan mengeluarkan aroma balsem di malam harinya selain suara aneh.

Tidak lama sang suami mengajak sang istri ke toko elektronik dekat rumah. Dimintanya untuk memilh mesin cuci. Sang istri tersenyum bahagia. Bahagia banget malahan. Bagaimana tidak, mentahan dapat, mesin cuci juga dapat. Untung banyak ini mah.

Sekali lagi, sang suami tidak berdaya untuk membantah kemauan sang istri agar tidak mencuci menggunakan tangan lagi. Seperti percakapan dibawah ini yang nggak jelas keputusan akhirnya. Ya, asal tahu saja. Bujukan untuk membeli mesin cuci dengan menggunakan mesin cuci setelah dibeli, sama alotnya.

S: "Mah, kamu nggak kasian sama diri kamu sendiri? Kamu tuh udah tua. Nyucinya dua hari sekali aja. Dan pakai tuh mesin cuci. Pinggang udah sakit-sakitan mulu."

I: "Please deh, Pah! Ngomongnya nggak usah ada kata "tua"nya. Bilang aja, nyucinya dua hari sekali dan pake mesin cuci. Biar kamu nggak kecapean. Kan lebih enak didenger."

Jawab sang istri datar dengan wajah tanpa ekspresi. Tapi sorot matanya berkata lain. 

S: "Lah, emang udah tua."

Dipertegas lagi oleh sang suami. Jelas dong sang istri makin bete. Jawabannya juga dibalas jutek oleh istrinya. 

I: "Ya udah, ntar dipertimbangin. Soalnya nggak betah aja liat pakean kotor apalagi daleman. Kalau nggak langsung dicuci, bau."

Sambil mematikan keran air setelah menaruh piring di rak lalu tangannya diciprat-ciprat di wastsfel dengan sedikit kesal. 

S: "Terserah mamah, dah."

Sang suami melengos pergi. Susahnya ngobrol dengan sang istri. Daripada nanti ujungnya berdebat, mendingan diudahin aja obrolannya. Perempuan memang susah di mengerti 

#ODOP
#komunitasodop
#mingguke-7
#odopbloggersquad